Sabtu, 29 Januari 2011

Asosiasi dan Interaksi di Mangrove

Pengambilan data interaksi dan asosiasi di mangrove dilakukan di wilayah sekitar perairan Teluk manado, pada pesisir pantai Tongkaina,Manado sulawesi Utara. Luas transek yang digunakan sebesar 10 m x 10 m (100 m2). Pengambilan data mangrove ini dilakukan hanya satu plot transek dimana transek tersebut dianggap mewakili keseluruhan ekosistem mangrove.
Interaksi yang terjadi antara makhluk hidup yang berada dalam ekosistem hutan mangrove secara umum antara lain:
1. Predasi: Pemangsaan karang oleh predatornya (Ular dan Buaya).
2. Simbiosis mutualisme: hubungan antara gologan Crustace dengan akar mangrove. Karena akar mangrove adalah tempat perlindungan utama untuk mengurangi tekanan gelombang saat pasang.
Hasil metabolisme crustacea digunakan mangrove sebagai pupuknya. Selain interaksi di atas, ada juga interaksi yang kompleks seperti jaring makanan yang melibatkan berbagai makhluk hidup yang ada dalam ekosistem hutan mangrove, yang secara umum dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu
1. kelompok produsen yang terdiri dari organism autotrof, Terdiri dari semua flora yang ada di hutan mangrove.
2. kelompok konsumen yang merupakan organism heterotrof. Terdiri dari predator dan fauna yang ada dihutan mangrove. Disini berlaku siapa yang kuat maka dia yang bertahan hidup. Biasanya fauna berukuran lebih kecil selalu menjadi mangsa buat fauna yang berukuran lebih besar.
Untuk mempertahankan hidup, dari masing-masing spesies yang ada di hutan mangrove mempunya cara tersendiri. Ada yang bersimbiosis namun ada juga yang mandiri.



Gambar 2. Fauna di Hutan Mangrove
3.1. Interaksi Sumber Daya Perairan dengan Hutan Mangrove
Substrat yang ada di ekosistem mangrove merupakan tempat yang sangat disukai oleh biota yang hidupnya di dasar perairan atau bentos. Dan kehidupan beberapa biota tersebut erat kaitannya dengan distribusi ekosistem mangrove itu sendiri. Sebagai contoh adalah kepiting yang sangat mudah untuk membuat liang pada substrat lunak yang ditemukan di ekosistem mangrove. Beberapa sumberdaya perairan yang sering ditemukan di ekosistem mangrove dijelaskan sebagai berikut :
3.1.1. Ikan
Ikan di daerah hutan mangrove cukup beragam yang dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu:
1. Ikan penetap sejati, yaitu ikan yang seluruh siklus hidupnya dijalankan di daerah hutan mangrove seperti ikan Gelodok (Periopthalmus sp).
2. Ikan penetap sementara, yaitu ikan yang berasosiasi dengan hutan mangrove selama periode anakan, tetapi pada saat dewasa cenderung menggerombol di sepanjang pantai yang berdekatan dengan hutan mangrove, seperti ikan belanak (Mugilidae), ikan Kuweh (Carangidae), dan ikan Kapasan, Lontong (Gerreidae).
3. Ikan pengunjung pada periode pasang, yaitu ikan yang berkunjung ke hutan mangrove pada saat air pasang untuk mencari makan, contohnya ikan Kekemek, Gelama, Krot (Scianidae), ikan Barakuda, Alu-alu, Tancak (Sphyraenidae), dan ikan-ikan dari familia Exocietidae serta Carangidae.
4. Ikan pengunjung musiman. Ikan-ikan yang termasuk dalam kelompok ini menggunakan hutan mangrove sebagai tempat asuhan atau untuk memijah serta tempat perlindungan musiman dari predator.
3.1.2. Crustacea dan Moluska
Berbagai jenis fauna yang relatif kecil dan tergolong dalam invertebrata, seperti udang dan kepiting (Krustasea), gastropoda dan bivalva (Moluska), Cacing (Polikaeta) hidup di hutan mangrove. Kebanyakan invertebrata ini hidup menempel pada akar-akar mangrove, atau di lantai hutan mangrove. Sejumlah invertebrata tinggal di dalam lubang-lubang di lantai hutan mangrove yang berlumpur. Melalui cara ini mereka terlindung dari perubahan temperatur dan faktor lingkungan lain akibat adanya pasang surut di daerah hutan mangrove (Perhatikan Lampiran 1)
Biota yang paling banyak dijumpai di ekosistem mangrove adalah crustacea dan moluska. Kepiting, Uca sp. dan berbagai spesies Sesarma umumnya dijumpai di hutan Mangrove. Kepiting-kepiting dari famili Portunidae juga merupakan biota yang umum dijumpai. Kepiting-kepiting yang dapat dikonsumsi (Scylla serrata) termasuk produk mangrove yang bernilai ekonomis dan menjadi sumber mata pencaharian penduduk sekitar hutan mangrove. Udang yang paling terkenal termasuk udang raksasa air tawar (Macrobrachium rosenbergii) dan udang laut (Penaeus indicus , Penaeus merguiensis, Penaeus monodon, Metapenaeus brevicornis) seringkali juga ditemukan di ekosistem mangrove. Semua spesies-spesies ini umumnya mempunyai dasar-dasar sejarah hidup yang sama yaitu menetaskan telurnya di ekosistem mangrove dan setelah mencapai dewasa melakukan migrasi ke laut. Ekosistem mangrove juga merupakan tempat memelihara anak- anak ikan.
Migrasi biota ini berbeda-beda tergantung spesiesnya. Udang Penaeus dijumpai melimpah jumlahnya hingga kedalaman 50 meter sedangkan Metapenaeus paling melimpah dalam kisaran kedalaman 11-30 meter dan Parapenaeopsis terbatas hanya pada zona 5-20 meter. Penaeid bertelur sepanjang tahun tetapi periode puncaknya adalah selama Mei – Juni dan Oktober- Desember yang bertepatan dengan datangnya musim hujan atau angin musim. Penaeus Merquiensis setelah post larva ditemukan pada bulan November dan Desember dan setelah 3 - 4 bulan berada di mangrove mencapai juvenile dan pada bulan Maret sampai Juni juvenil berpindah ke air yang dangkal. Setelah mencapai dewasa atau lebih besar, udang akan bergerak lebih jauh lagi keluar garis pantai untuk bertelur dengan kedalaman melebihi 10 meter. Waktu untuk bertelur dimulai bulan Juni dan berlanjut sampai akhir Januari.
Molusca yang memiliki nilai ekonomis biasanya sudah jarang ditemukan di ekosistem mangrove karena dieksploitasi secara besar-besaran. Contohnya adalah spesies Anadara sp saat ini jarang ditemukan di beberapa lokasi ekosistem mangrove karena dieksploitasikan secara berlebihan. Bivalva lain yang paling penting di wilayah mangrove adalah kerang darah (Anadara granosa) dan gastropod yang biasanya juga dijumpai terdiri dari Cerithidia obtusa, Telescopium mauritsii dan Telescopium telescopium. Kerang-kerang ini merupakan sumber daya yang penting dalam produksi perikanan, dan karena mangrove mampu menyediakan substrat sebagai tempat berkembang biak yang sesuai, dan sebagai penyedia pakan maka dapat mempengaruhi kondisi perairan sehingga menjadi lebih baik. Kerang merupakan sumberdaya penting dalam pasokan sumber protein dan sumber penghasilan ekonomi jangka panjang. Untuk penduduk sekitar pantai menjadikan kerang sebagai salah satu jenis yang penting dalam penangkapan di wilayah mangrove.
3.2. Interaksi Antara Komponen Ekosistem
Dalam ekosistem, komponen biotik dan abiotik merupakan komponen pokok ekosistem yang dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Antara komponen biotik dengan abiotik saling mempengaruhi. Hubungan antarkomponen dalam ekosistem tersebut disebut hubungan ekologi.
3.2.1. Pengaruh Komponen Abiotik terhadap Komponen Abiotik
Banyak kasus yang menunjukkan bahwa komponen abiotik sangat berpengaruh terhadap kehidupan tumbuhan dan hewan yang ada di atasnya. Air, kelembapan udara, cahaya matahari, gaya gravitasi maupun suhu lingkungann merupakan komponen abiotik yang besar pengaruhnya terhadap kehidupan organisme
a. Pengaruh Air terhadap Organisme
Keberadaan air dalam setiap ekosistem sangat menentukan kelangsungan hidup semua organisme yang ada di dalamnya. Kandungan airdi berbagai lingkungan berbeda. Oleh karena itu, pada kondisi lingkungan yang kandungan airnya berbeda akan ditemukan jenis tumbuhan yang berbeda.
b. Pengaruh Cahaya Matahari Terhadap Organisme
Cahaya matahari merupakan sumber energi primer. Energi cahaya matahari oleh produsen atau tumbuhan hijau digunakan untuk fotosintesis. Tanpa cahaya matahari, tumbuhan hijau tidak mungkin melakukan fotosintesis. Itu berarti tidak mungkin tersedia makanan bagi tubuhan maupun organisme lain. Di samping itu, cahaya matahari juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tumbuhan.
3.2.2. Pengaruh Faktor Biotik Terhadap Abiotik
a. Pengaruh Cacing Tanah Terhadap Kesuburan Tanah
Cacing tanah adalah hewan tidak berangka dan berbentuk bulat panjang amat menjijikkan. Namun, hewan tersebut mempunyai peranan yang besar dalam membantu menjaga kesuburan tanah. Cacing tanah biasa hidup di tanah yang basah atau di bawah pohaon yang banyak mengandung humus. Jejaknya di dalam tanah menyebabkann terbentuknya lubang yang menimbulkan rongga udara dalam tanah. Dari dalam lubang tempat tinggalnya itulah akan keluar gundukan tanah. Makan cacing adalah sisa tumbuhan. Sisa tumbuhan tersebut akan dihancurkan dengan alat pencernaannya yang telah berkembang cukup baik. Berkat kerja cacing tanah, sisa tumbuhan dihancurkan. Dengan demikian pengaruh cacing tanah terhadap tanah amat jelas,yaitu sebagai berikut:
1. Membantu menghancurkan sampah sehingga mengembalikan hara ke dalam tanah.
2. Menjadikan pengudaraan tanah menjadi lebih baik karena jejak cacing menyebabkan terbentuknya rongga udara dalam tanah
3. Menyuburkan dan menggemburkan tanah karena adanya pengudaraan dan pembongkaran sampah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar